Halaman

Rokok dan Tindik Puting Tingkatkan Risiko Abses Payudara

lung cancerAda banyak faktor yang diketahui dapat meningkatkan risiko abses atau penumpukan nanah pada payudara. Sebuah penelitian terbaru membuktikan, merokok dan membuat tindik di bagian puting susu termasuk di antaranya.

Abses payudara merupakan penyakit yang sulit untuk sembuh sekaligus mudah untuk kambuh. Dikutip dari Healthday, Minggu (8/8/2010), peluang kekambuhan bagi yang pernah mengalaminya berkisar di antara 40-50 persen.

Penyakit ini disebabkan oleh infeksi bakteri, salah satunya adalah Staphylococcus aureus. Bakteri yang secara alami bisa ditemukan pada kulit manusia itu bisa masuk apabila ada luka pada payudara terutama di sekitar puting susu.

Selain diabetes dan obesitas yang merupakan faktor risiko utama, beberapa faktor lain ternyata dapat meningkatkan risiko abses payudara. Hal ini terungkap dalam sebuah penelitian di University of Iowa, yang dipublikasikan dalam Journal of The American College of Surgeons edisi Juli 2010.

Salah satu faktor yang dimaksud adalah rokok, yang dapat meningkatkan risiko abses payudara 6 kali lipat dibanding pada wanita yang tidak merokok. Selain itu, rokok juga membuat peluang kekambuhan melonjak hingga 15 kali lipat.

Dari sejumlah pasien yang mengalami kekambuhan, 60 persen di antaranya merupakan perokok berat. Oleh karena itu, peneliti menyarankan para pendeita abses yang merokok untuk menghentikan kebiasaanya agar risiko kambuh bisa dikurangi.

Selain itu, faktor berkutnya yang baru pertama kali diungkap adalah tindik di bagian puting susu. Risiko untuk mengalami abses payudara pada wanita yang putingnya ditindik cenderung meningkat pada kurun waktu hingga 7 tahun sejak tindik dibuat.

Dalam penelitian ini, para ahli melibatkan 68 wanita yang mengalami abses payudara, termasuk 43 wanita perokok dan 9 wanita yang memiliki tindik di putingnya. Seluruh partisipan tidak memiliki riwayat kanker payudara dan tidak sedang menjalani penyinaran dengan radiasi maupun operasi payudara dalam 12 bulan terakhir.
(up/ir)

Oleh: AN Uyung Pramudiarja - detikHealth